Book Review (+ art!) : The Alchemist
Saturday, 7 January 2017 - 1 comment
'I came to tell you just one thing,' the boy said. 'I want you to be my wife. I love you.'
The girl dropped her water container, and the water spilled. [ hal 98 ]
"I had a dream, and I met with a king. I sold crystal and crossed the desert. And, because the tribes declared war, I went to the well, seeking the alchemist. So, I love you because the entire universe conspired to help me find you." [ hal 126 ]
"I had a dream, and I met with a king. I sold crystal and crossed the desert. And, because the tribes declared war, I went to the well, seeking the alchemist. So, I love you because the entire universe conspired to help me find you." [ hal 126 ]
Judul: The Alchemist (O Alquimista)
Pengarang: Paulo Coelho
Penerbit: Harper Collins
Penerjemah: Alan R.Clarke
Terbitan Pertama: 1988
Dimensi : paperback, 197 hal; 17 cm
Aku sebenarnya sudah pernah baca buku ini, tapi tidak sampai 20 halaman pun. Waktu itu sedang Jabawaskita kalau tidak salah, aku iseng-iseng buka bacaan yang Steff bawa. Dengar-dengar, bukunya 'inspirasional' dan 'life-changing'. Penasaran, aku baca beberapa halaman pertama. Yang terpikir, aah, fabel kuno, ngga asyik. Aku tutup bukunya. Tidak jadi baca, ah.
Baru-baru ini, aku sedang nongkrong di toko buku Periplus, buka-buka area best seller. Aku melihat buku tersebut lagi. Lucunya, ada tiga model. Beda-beda cover dan ukurannya. Setelah ditimbang-timbang, aku lagi butuh buku bacaan. Aku pulang membawa satu buku baru, The Alchemist.
The Alchemist mengkisahkan perjalanan Santiago, seorang penggembala asal Andalusia yang mendambakan perjalanan. Awalnya Santiago mengejar hal kecil: menikahi putri seorang pedagang dari negara tetangga. Tetapi seiring berjalannya kisah Santiago, mimpinya berganti. Serangkai kejadian berlangsung, dan sang penggembala menemukan dirinya berkelana mencari harta karun di Mesir dan mempelajari bahasa rahasia alam semesta.
Tidak salah, The Alchemist memang merupakan buku yang sangat inspirasional. Sangat indah. Rangkaian kata-katanya sederhana namun puitis, sedikit demi sedikit melukiskan keindahan spiritual bumi. Walaupun tidak bisa dibilang bacaan berat, aku menemukan diriku harus membaca ulang banyak paragraf beberapa kali sampai maknanya dapat. Bacanya benar-benar harus menghayati.
Ini kali pertama aku membaca karangan Paul Coelho. Aku tidak bisa bilang bahwa gaya menulisnya sangat spektakuler atau apa, walaupun memang termasuk sangat indah. Menurutku, yang membuat buku ini spesial adalah isinya. Coelho berhasil menyampaikan terkaannya terhadap rahasia-rahasia dunia yang mungkin butuh tahunan untuk dicapai sebuah konklusi, dalam kurang dari 200 halaman. Buku ini adalah hasil penemuannya yang disajikan dengan cantik melalui sudut pandang seorang penggembala.
Membaca buku ini, aku merasa ikut terbawa bersama Santiago, kemanapun dia berbelok. Pasar Arab yang ribut, toko kristal di atas bukit, gurun Sahara yang tidak bisa diprediksi, oasis yang luas dan indah, dst, dst. Penceritaannya yang mendetil membuatku bisa merasa apa yang Santiago rasakan tanpa perincian berlebih, tanpa membuat bosan.
Buku ini bisa dibilang tambang kutipan (a minefield of quotes), melihat setiap halamannya bisa diambil makna. Namun hampir semua kutipannya bertema sama: ikuti kata hati. Terdengar klise, memang, tapi percayalah, cara penyampaian buku ini tidak ada klise-klisenya sama sekali.
Aku akan ikut (jump into the bandwagon) dengan ratusan (atau ribuan?) orang lain yang bilang bahwa buku ini wajib dibaca. Indah sekali, dan aku saja, yang gampang sekali bosan dan tidak betah dengan mayoritas buku 'klasik', bisa bilang bahwa kamu tidak akan bosan baca buku ini.
-
Note: I also made that artwork for kicks. I wanted to draw Santiago and try exploring darker skin and different facial features. So, have one of my favorite scenes from the book! It's Santiago confessing to Fatima, a woman of the desert. I love the poetic way he confessed, and at the same time it's literally the LEAST cliche lovey-dovey thing I've ever read in my life. So truthful, so raw, you can practically hear Santiago's thoughts.
Labels: art, book review
