kak ivan bercerita
Thursday, 16 February 2017 - 0 comments (+)
sekitar 2 minggu yang lalu, kami kedatangan dua orang narasumber ahli sejarah. dua sejarawan ini bernama kak andi dan kak ivan. tetapi selama sesi pertemuan kami kali ini, hanya kak ivan yang berbicara.

kak ivan menerangkan kami tentang kolonialisme dan dampak-dampak baiknya. kolonialisme tidak selalu buruk—ternyata, banyak juga dampak baiknya, antara lain akulturasi. para pendatang (bukan hanya para penjajah) baik sadar maupun tak sadar memaparkan budaya mereka kepada rakyat lokal selama mereka singgah di Kota Bandung.

contohnya, pada sisi arsitektur, Belanda mempunyai pengaruh kuat. saat singgah, mereka menjalankan berbagai pembangunan, dan tentu saja, gaya bangunan itu mereka familiarisasi dengan bangunan di tanah air. bisa terlihat jelas di daerah Braga, yang kebanyakan bangunannya ala-ala Belanda.

ada juga budaya yang tidak diotak-atik banyak, seperi masjid-masjid. dahulu, masjid tidak memiliki kepala kubah seperti sekarang. kepalanya berbentuk sejenis trapesium (?) yang disebut mustaka, yang artinya kepala. mustaka ini adalah budaya khas Jawa.

selain arsitektur, kak ivan juga menjelaskan tentang kuliner. kuliner di bandung jarangkali merupakan murni tradisional. hampir semuanya berbasis makanan Tionghoa. misalnya, siomay atau batagor, yang dibuat mirip seperti makanan asli Tionghoa, tetapi dibuat versi 'murah'nya.

kak ivan menerangkan juga tentang hasil bumi. katanya, hasil bumi seperti kopi dan teh tidak ditemukan oleh orang Indonesia, melainkan sebenarnya asli Eropa yang kemudian dicocok tanami di sini. dan karena tanah Bandung memang subur dan iklimnya pas, mudah bagi tetumbuhan tersebut untuk tumbuh.

ia juga menerangkan tentang batik dan agama. garis besarnya, budaya-budaya di sini kebanyakan dibawa oleh para pendatang dan dipaparkan. kolonialisme itu buruk, memang, tetapi, bukan berarti tidak ada sama sekali akibat baiknya, bukan?



beningnrn
home
profile
index
instagram
art portfolio
+ follow